TEORI TERBENTUKNYA JAGAD RAYA
1.TEORI LEDAKAN BESAR (Big Bang)
Teori Big Bang atau Teori Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar
dalam kosmologi adalah salah satu teori ilmu
pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi super
padat dan panas, yang kemudian mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu.
George Gamaw (fisikawan)
mengkaji model asal alam semesta ini dan menghirung ledakan yang menghasilkan
sejumlah besar letupan foton-foton ini, tergeser merah oleh ekspan si alam
semesta yang diamati sekarang sebagai foton-foton gelombang radio dan
temperatur 3 K merupakan penjelasan yang baik sebagai radiasi latar (background radiation) yang ditemukan
oleh Arno Penzias dan Rober
Wilson di Amerika tahun 1965.
2.TEORI KEADAAN TETAP (THE STEADY
STATE THEORY)
Tahun 1948, teori kedaan-tetap atau
teori alam semesta tak terhingga dicetuskan oleh Fred
Hoyle, Thomas Gold dan Hermann Bondi sebagai alternatif dari teori ledakan
besar (Big Bang theory). Teori ini
tidak lebih dari perpanjangan paham materialistis abad ke 19 yang mengabaikan
adanya sang Pencipta dan model semesta yang tanpa batas. Menurut model ini,
ketika alam semesta mengembang, materi baru terus-menerus muncul dengan
sendirinya dalam jumlah tepat sehingga alam semesta berada dalam “keadaan stabil”.
Galaksi baru yang terciptakan dari
materi baru ini akan membuat jagat raya tampak sama sepanjang masa. Untuk
mempertahankan kerapatan jagat raya konstan, laju penciptaan materi cukup kecil
yakni satu atom hidrogen per sentimeter kubik setiap 1 milyar tahun. Dengan
kata lain, alam semesta menurut teori ini adalah statis/tetap, tidak permulaan
atau akhir. Walaupun mereka mengakui bahwa alam semesta berekspansi, namun
mereka menyatakan bahwa alam semesta akan tetap sama kelihatannya sampai
kapanpun. Teori ini segera runtuh dan tidak banyak penggemarnya ketika ditemukan
radiasi latar belakang kosmik.
TEORI TERBANTUKNYA BUMI
1.Teori Kabut ( Nebula )
Teori ini
dikembangkan oleh Immanuel Kant (Jerman) tahun
1775 dan Pierre Simon de Laplace (Prancis) tahun 1799. Menurut teori ini,
awalnya tata surya adalah berupa gumpalan kabut (nebula) yang berputar.
Mula-mula putaran kabut lambat. Karena adanya perputaran, volume dan suhu
gumpalan berkurang dan akhirnya kabut ini menggumpal di pusat putaran,
membentuk lempengan padat. Lempengan ini berputar semakin cepat sehingga ada
bagian lempengan yang terlempar keluar dan kemudian mengalami penurunan suhu.
Bagian yang terlempar ini kemudian menjadi planet-planet dan anggota tata surya
lainnya. Inti kabut terus memadat, menjadi matahari.
Teori ini berhasil menjelaskan bahwa
tata surya datar, yaitu orbit ellips planet mengelilingi matahari hampir datar.
Kelemahan teori kabut disampaikan oleh James Clerk Maxwell dan Sir James Jeans
yang menunjukkan bahwa massa
bahan dalam gelang-gelang tak cukup untuk menghasilkan tarikan gravitasi
sehingga memadat menjadi planet. F.R. Moulton pun menyatakan bahwa teori kabut
tak memenuhi syarat bahwa yang memiliki momentum sudut paling besar haruslah
planet bukan matahari. Teori kabut menyebutkan bahwa matahari yang memiliki massa terbesar akan
memiliki momentum sudut yang paling besar.
2.TEORI APUNG BENUA (continental drift)
Hipotesis Pergeseran Benua merupakan gagasan
yang dituangkan Alfred L.Wegener pada hipotesisnya yang
dituangkan dalam buku berjudul The Origin of Continent and Oceans
(1912). Isinya, benua tersusun dari batuan sial yang terapung pada batuan sima
yang lebih besar berat jenisnya. Pergerakan benua itu menuju khatulistiwa dan
juga ke arah barat.
Hipotesis utamanya adalah di bumi pernah ada satu benua
raksasa yang disebut Pangaea artinya “semua daratan” yang dikelilingi oleh Panthalassa artinya “semua lautan”. Selanjutnya, 200
juta tahun yang lalu Pangaea pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil yang
kemudian bergerak menuju ke tempatnya seperti yang dijumpai saat ini.
Beberapa ilmuwan dapat menerima konsep ini namun sebagian
besar lainnya tidak dapat membayangkan bagaimana satu massa benua yang besar dapat mengapung di
atas bumi yang padat dan mengapa ini terjadi. Pemahaman para ilmuwan pengkritik
adalah bahwa gaya yang bekerja pada bumi adalah gaya vertikal. Tidaklah
mungkin gaya
vertikal ini mampu menyebabkan benua yang besar tersebut pecah. Pada masa itu
belum dijumpai bukti-bukti yang meyakinkan. Wegener mengumpulkan bukti lainnya
berupa kesamaan garis pantai, persamaaan fosil, struktur dan batuan. Namun,
tetap saja usaha Wegener sia-sia karena Wagener tidak mampu menjelaskan dan
meyakinkan para ahli bahwa gaya utama yang
bekerja adalah gaya lateral bukan gaya vertikal.
3.TEORI TEKTONIK LEMPENG (Plate Tectonics)
Setelah beberapa tahun kemudian Alfred L.Wegener mengajukan
teorinya pada tahun 1968. Teori itu dinamakan Teori Tekeonik Lempeng. Teori ini
menyaakan bahwa bagian atas bumi terdapat litosfer yang terdiri atas dan bagian teratas kerakmantel bumi yang kaku dan padat.
Di bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer
yang berbentuk padat tetapi bisa mengalir seperti cairan dengan sangat lambat
dan dalam skala waktu geologis yang sangat lama karena viskositas dan kekuatan geser (shear
strength) yang rendah. Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer
sifatnya menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih dingin,
melainkan tekanan yang tinggi.
Lapisan litosfer dibagi menjadi
lempeng-lempeng tektonik (tectonic plates). Di bumi, terdapat tujuh
lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng yang lebih kecil. Lempeng-lempeng
litosfer ini menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak relatif satu dengan
yang lainnya di batas-batas lempeng, baik divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan),
ataupun transform
(menyamping). Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan pembentukan palung samudera semuanya umumnya
terjadi di daerah sepanjang batas lempeng. Pergerakan lateral lempeng lazimnya
berkecepatan 50-100 mm/a.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar